Pendidikan, sebagai salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Selama manusia masih bernafas, selama itu pula ia masih mengalami proses pendidikan, karena pendidikan yang dimaksud disini maknanya luas, tidak hanya mencakup pendidikan yang berlangsung di lembaga-lembaga formal, tapi juga pendidikan yang terjadi di luar lembaga-lembaga atau institusi tertentu. Berbeda dengan konsep pembelajaran yang cakupannya lebih sempit. Sesuai dengan pengertiannya sendiri, pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dan murid dalam upaya transfer pengetahuan. Jadi sudah dapat dibedakan dengan sangat jelas perbedaan pendidikan dan pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan di kenal dua istilah, yakni pedagogi dan andragogi. Pedagogi dikenal sebagai pendidikan mendidik anak, sedangkan andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul “The Adult Learner, A Neglected Species” yang diterbitkan pada tahun 1970 mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah “Andragogi” makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
A. Pengertian Pedagogi
Dasar teori-teori dan
asumsi itulah kemudian tercetus istilah “pedagogi” yang akar-akarnya berasal
dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin.
Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan
secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”. Akhirnya
pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar”.
Pedagogi secara literal adalah seni dan ilmu
pengetahuan tentang mendidik anak-anak dan sering digunakan sebagai sebuah
sinonim untuk suatu pengajaran. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan
pendidikan yang berfokuskan guru.
Dalam suatu model
pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk membuat keputusan tentang apa yang
akan dipelajari, dan bagaimana ia akan dipelajari, dan kapan ia akan
dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.
Guru-guru yang hebat
dijaman kuno, mulai dari Confusius hingga Plato tidak mengajar cara teknik yang
bersifat autoritarian tersebut. Perbedaan yang ada antara apa yang kita ketahui
dari gaya-gaya guru yang hebat-hebat, namun, mereka masih memandang
pembelajaran sebagai sebuah proses dari pencapaian yang aktif; dan bukan suatu
penerimaan secara pasif. Dengan mempertimbangkan hal ini, suatu hal yang
mengejutkan bahwa pemebalajaran yang berfokuskan pada guru menjadi sesuatu yang
mendominasi pendidikan.
Sebuah penejelasan bagi
pendekatan yang berfokuskan guru kembali kita ke jaman Calvinist yang percaya
pada kebijaksanaan adalah sesuatu yang jahat.Mereka mendampingi/mendukung para
dewasa untuk mengarahkan, mengontrol, dan akhirnya pembelajaran anak-anak agar
mereka tetap bodoh/lugu.
Teori lainnya
mempertahankan bahwa sekolah-sekolah pada abad ke-7, di organisir untuk
mempersiapkan anak muda untuk menjadi kependetaan. Ditemukan bahwa indoktrinasi
merupakan cara yang paling ampuh untuk menanamkan suatu keyakinan/kepercayaan.
Beberapa abad kemudian, sekolah yang diorganisisr tersebut menerapkan suatu
pendekatan yang sama meskipun hasilnya menjadi sesuatu yang tidak membuat orang
bodoh/lugu dan juga tidak membuat orang menyendiri/tertutup.
Jhon Dewey percaya
bahwa sekolah formal telah jatuh dan kehilangan potensinya.Dewey menekankan
pembelajaran melalui kegiatan yang bervariasi dari pada suatu pembelajaran di
mana kurikulum diatur guru secara tradisonal.Ia percaya bahwa, anak-anak
belajar lebih banyak dari pengalaman yang terpadu dari pada instruksi yang
bersifat autoritarian. Ia yakin berasal dari suatu filsafat pendidikan yang
berfokuskan pada pelajar. Ia memegang prinsif bahwa pembelajaran adalah hidup
itu sendiri dan bukan hanya membuat persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.
B. Pengertian Teori Andragogi
Andragogi berasal dari
bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang
dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina.
Andragogi, pada mulanya
diartikan sebagai : seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar.
Istilah tersebut dewasa ini mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi
dan mengacu kepada pendidikan yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur.
Model andragogi menegaskan
bahwa lima permasalahan yang harus diperhatikan dan dibahas dalam pembelajaran
formal. Mereka adalah : 1). Dibiarkan siswa mengenal sesuatu kenapa sesuatu itu
penting untuk dipelajari, 2). Peragakan pada siswa bagaimana untuk mengarahkan
diri mereka sendiri melalui informasi, dan 3). Hubungakan topik tersebut dengan
pengalaman siswa itu sendiri. 4). Orang tidak akan belajar apa-apa kecuali jika
mereka siap dan termotivasi untuk belajar. 5). Dan sesuatu yang sering, perlu
membantu mereka jika ditemui kendala seperti sikap dan kepercayaan tentang
pembelajaran.
Sayangnya, andragogi
disebut dalam teks pendidikan sebagai cara dewasa belajar. Knowels sendiri
mengaku bahwa 4 dari kunci asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik
itu untuk anak-anak atau dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak
memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari pada orang dewasa
Dalam jaman informasi
ini, implikasi dari suatu gerakan dari yang berbasiskan guru menjadi yang
berbasiskan siswa sesuatu hal yang mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak
ini akan memperlambat kemampuan kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru
atau dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang kompetitif.
Bagaimana kita dapat
mengharapkan menganalisa dan mensintesakan informasi seperti itu jika kita
berpaling pada yang lainnya untuk menetapkan apa yang seharusnya dipelajari,
dan bagaimana yang harus/akan dipelajari dan kapan yang akan dipelajari ?
Meskipun cucu-cucu
kirta mungkin saja bebas dari biasnya pedagogi, namun sebagian besar dewasa hari
ini tidak ditawarkan kemewahan seperti itu.Untuk sukses, kita harus
meninggalkan atau melepaskan ketergantungan kita pada guru kita.
Kita harus melakukannya
sendiri untuk memenuhi pembelajaran kita sendiri dan menuntut sipenyelenggara
pelatihan melakukan hal yang serupa.Untuk mengetahui tuntutan kita, kita harus
tahu bagaimana memproses informasi.
Pembelajaran orang
dewasa menurut Knowles bahkan dapat bertolak dari pedagogi kepada andragogi.
Tentang cara belajar orang dewasa, Knowles memiliki asumsi sebagai berikut:
1. Orang dewasa perlu
dibina untuk mengalami perubahan dari kebergantungan kepada pengajar kepada
kemandirian dalam belajar. Orang dewasa mampu mengarahkan dirinya mempelajari
sesuai kebutuhannya.
2. Pengalaman orang
dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di dalam kegiatan belajar untuk
memperkaya dirinya dan sesamanya.
3. Kesiapan belajar
orang dewasa bertumbuh dan berkembang terkait dengan tugas, tanggung jawab dan
masalah kehidupannya.
4. Orientasi belajar
orang dewasa harus diarahkan dari berpusat pada bahan pengajaran kepada
pemecahan-pemecahan masalah.
5. Motivasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari pemberian pujian dan hukuman kepada dorongan dari dalam diri sendiri serta karena rasa ingin tahu.
Berdasarkan tulisannya
di tahun 1993 perbedaan asumsi pedagogi dan andragogi yang
dikemukakan Knowles itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
ASSUMSI DASAR
|
||
Tentang
|
Pedagogis
|
Andragogis
|
Konsep diri peserta didik
|
Pribadi yang bergantung kepada gurunya
|
Semakin mengarahkan diri (self-directing)
|
Pengalaman peserta didik
|
Masih harus dibentuk daripada digunakan sebagai sumber belajar
|
Sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri dan orang
lain
|
Kesiapan belajar peserta didik
|
Seragam (uniform) sesuai tingkat usia dan kurikulum
|
Berkembang dari tugas hidup & masalah
|
Oriensi dalam belajar
|
Orientasi bahan ajar (subject-centered)
|
Orientasi tugas dan masalah (task or problem centered)
|
Motivasi bbelajar
|
Dengan pujian, hadiah, dan hukuman
|
Oleh dorongan dari dalam diri sendiri (internal incentives,
curiosity)
|
0 comments:
Post a Comment